Sunday, October 5, 2008
Saturday, October 4, 2008
Angk 2007: Kuliah 'MP' di Jakarta Kota
Mereka belum jadi alumni, masih kuliah di FE. Bahkan baru masuk tahun 2007. Supaya suasana belajar mengajar tidak membosankan, sekali-sekali saya ajak mereka keluar kampus. Kuliah jadi seperti piknik. Kebetulan saya mengajar mata kuliah Manajemen Pemasaran, saya ajak mereka untuk membuat marketing plan bagaimana memasarkan museum agar bisa menarik pengunjung.
Foto-foto ini diambil di Plaza Museum Sejarah, Jakarta Kota, tanggal 10 May 2008.
Well, buat perbandingan saja dulu kita kuliah se-fun ini, ngga, ya?
(Usep Suhud)
Foto-foto ini diambil di Plaza Museum Sejarah, Jakarta Kota, tanggal 10 May 2008.
Well, buat perbandingan saja dulu kita kuliah se-fun ini, ngga, ya?
(Usep Suhud)
Tuesday, September 23, 2008
Kita Terlalu Sering Dididik Menjadi Pembeli, Bukan Penjual
Dari Republika Online. 2008-08-15 17:33:00
Kita Terlalu Sering Dididik Menjadi Pembeli, Bukan Penjual
JAKARTA -- Masyarakat Indonesia tidak dididik untuk menjadi entrepreneur. Biasanya, seseorang menjadi entrepreneur setelah tidak bekerja di perusahaan. ''Mind set adalah kita menjadi karyawan. Berdagang pisang goreng tidak boleh, tapi boleh untuk membelinya. Sehingga, kita dilatih untuk menjadi pembeli, bukan penjual. Kita tidak punya mind set untuk berusaha,'' tutur Dr. Ir.H. Wahyu Saidi, Msc, pemilik Bakmie Langgara Grup dan Rumah Makan Padang Sati Bundo, kepada 400 calon wisudawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta, di Aula Fakultas Pasca Sarjana UNJ, Jumat (15/8).Menurut Wahyu, teori acapkali membuat kita tidak menjadi berhasil ketika membuat suatu usaha. ''Jika pada awal akan berusaha, kita mempraktikkan teori, kita akan gagal. Lebih baik kita membuka 10 kemudian menutup tujuh, daripada tidak membuka sama sekali,'' ujarnya. Wahyu menunjuk Narji Cagur yang menjadi moderator seminar CEO Goes To Campus itu. ''Karena memilih jalan yang berbeda, maka Narji bisa unggul. Pilihlah jalan yang berbeda jika anda tidak mampu,'' tuturnya tersenyum.Dr. Arlan Septia A.R, CEO RPE Grup mengatakan bahwa untuk memulai menjadi entrepreneur tak ada batasan usia, latar belakang, dan kondisi ekonomi. Siapapun bisa memulai menjadi entrepreneur sejak awal, dari sekarang. ''Tidak ada yang tidak bisa, i can do it. Entrepreneur sejati adalah membangun usaha menjadi besar dan berkelanjutan, bukan founder semata,'' katanya.Menjawab ketakutan gagal berusaha, Arlan bilang, kegagalan adalah risiko yang harus ditanggung. Kegagalan merupakan batu loncatan menuju keberhasilan. Wahyu menimpali.''Untuk mengatasi takut gagal ya menjalani apa yang kita takuti. Ketakutan itu adalah awal kesuksesan. Ketakutan, sama halnya dengan keberanian adalah suatu proses.''Budi Santoso, Ketua Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi (KAFE) UNJ, sebagai pengagas acara, berharap kegiatan CEO Goes To Campus bisa menjembatani dan membuka wawasan calon wisudawan untuk memasuki dunia kerja, juga usaha. Lewat kegiatan ini, dia bilang, diharapkan bisa terjadi transfer of knowledge antara pelaku usaha dengan dunia kampus. Idealnya, antara dunia kampus dengan dunia usaha (juga dunia kerja) terjadi apa yang disebut link and match. (kpo)
Terima kasih khusus kepada:
http://www.republika.co.id
Subscribe to:
Posts (Atom)